Mengurangi Turnover Karyawan Adalah

Mengurangi Turnover Karyawan Adalah

Bantu karyawan Anda merasa dipercaya dan dihormati

Anda dapat membantu karyawan Anda merasa dihormati dan dipercaya dengan memiliki jalur komunikasi yang terbuka, bersikap fleksibel, dan tidak mengasumsikan perilaku terburuk mereka.

Anda dapat memberikan manfaat kesehatan mental, jadwal fleksibel, opsi kerja jarak jauh, dan waktu luang berbayar untuk membantu mereka menyeimbangkan kewajiban pribadi dengan jam kerja.

Apresiasi Karyawan secara Rutin

Apresiasi merupakan salah satu kunci utama untuk mengurangi turnover karyawan. Tidak perlu selalu dalam bentuk materi besar, kadang apresiasi sederhana seperti ucapan terima kasih atau ajakan makan siang bersama sudah cukup untuk membuat karyawan merasa dihargai. Ketika mereka merasa diapresiasi, loyalitas mereka kepada perusahaan akan meningkat.

Manajer yang Buruk

Umumnya, manager yang buruk akan lebih banyak memberikan tekanan pada karyawan. Walaupun tidak semua manajer seperti itu, namun manager yang buruk akan beranggapan bahwa karyawan yang ada dibawahnya sebagai pelampiasan amarah atas kesuksesannya.

Untuk mengurangi kasus ini, ada baiknya pihak perusahaan memberikan pelatihan kepemimpinan pada manajer. Pelatihan kepemimpinan akan memberikan wawasan segar pada manager untuk bisa memperlakukan bawahannya dengan baik.

Apa itu Employee Turnover?

Employee turnover merujuk pada jumlah karyawan yang meninggalkan perusahaan pada periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Yang termasuk dalam perhitungan yaitu mereka yang mengundurkan diri atau resign, yang diberhentikan secara sepihak oleh perusahaan atau kena lay off, terminasi, pensiun, transfer lokasi, atau bahkan juga kematian. Turnover berbeda dengan atrisi. Ketika menghitung atrisi, pengurangan SDM dan terminasi tidak dihitung. Perusahaan sering menghitung laju employee turnover mereka sebagai sarana untuk memprediksi dampaknya pada produktivitas, layanan konsumen, atau bahkan semangat kerja karyawan.

Berkomunikasi dengan jelas dan sering

Komunikasi adalah kunci untuk mengurangi pergantian karyawan. Anda harus secara teratur mendiskusikan tujuan, hambatan, dan strategi tim dan perusahaan. Karyawan merasa diikutsertakan dan dihargai ketika mereka terus mendapat informasi.

Komunikasi terbuka juga dapat membangun budaya di mana tim Anda merasa nyaman untuk berbagi perspektif, umpan balik dan rekomendasi yang konstruktif.

Mendorong pertumbuhan karyawan

Karyawan Anda memiliki tujuan dan minat yang dapat Anda bantu untuk berkembang. Mendorong pertumbuhan karyawan dapat menunjukkan kepada mereka bahwa Anda menghargai mereka sebagai manusia seutuhnya dan bahwa Anda tertarik untuk membantu mereka mengintegrasikan aspek-aspek tersebut ke dalam pekerjaan mereka.

Mendorong pertumbuhan juga berarti mendukung keinginan mereka untuk mempelajari keterampilan baru dan memiliki lebih banyak kesempatan di tempat kerja. Anda dapat membantu karyawan Anda tumbuh dengan:

Fakta Tingkat Turnover yang Tinggi

Tingkat turnover berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk mencapai obyektif bisnis dan merupakan kunci yang perlu diperhatikan para eksekutif. Alasan orang-orang berhenti bekerja bervariasi dan perusahaan tidak selalu bisa menghentikannya.

Salah satu pengendali atrisi adalah demografi: pengunduran diri generasi baby boomer meningkat drastis beberapa tahun belakangan. Sedangkan milenial juga tidak menetap pada pekerjaan mereka untuk waktu yang lama, jauh berbeda dengan generasi sebelumnya. Di antara para karyawan, mereka yang berusia 60-64 tahun sudah bekerja paling tidak 10 tahun di pekerjaan terakhir mereka.

Kemudian ada isu pasokan dan tuntutan. Untuk peran tertentu dan di area tertentu, jumlah karyawan dengan skill yang tepat tidak cukup untuk memenuhi lowongan yang dibuka. Misalnya saja sering kita melihat selama bertahun-tahun terjadi kekurangan tenaga medis profesional, ilmuwan dan matematikawan, ahli perdagangan, insinyur, dan ahli IT. Tentu banyak kekurangan ini akan terus berlanjut bahkan dengan laju pengangguran yang lebih tinggi dari laju normal.

Pada akhirnya, karyawan menginginkan hal lebih dari perusahaan tempat mereka bekerja ― tidak hanya uang. Bahkan generasi baby boomer mencari lebih dari gaji yang stabil dan menyatakan bahwa bekerja untuk perusahaan dengan misi yang bertujuan jelas adalah prioritas utama. Survei LinkedIn’s Talent Trends 2020 menunjukkan bahwa seseorang ingin bekerja untuk perusahaan dan dengan rekan yang menginspirasinya.

Pilih Karyawan yang Tepat

Langkah pertama dalam mengurangi turnover karyawan adalah memastikan proses rekrutmen berjalan dengan baik. Pilih karyawan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki minat dan keselarasan dengan visi perusahaan. Perilaku, cara kerja, dan kecocokan dengan budaya perusahaan juga menjadi pertimbangan penting. Dengan memilih karyawan yang tepat sejak awal, Anda dapat membangun tim yang loyal dan solid.

Kolega dan Budaya Perusahaan yang Buruk

Berdasarkan survei LinkedIn, pada peringkat ketiga terdapat 40% karyawan yang menjadikan kolega dan budaya perusahaan sebagai prioritas waktu memilih pekerjaan.

Budaya perusahaan dan kolega yang bersikap negatif adalah salah satu alasan yang menyebabkan meroketnya turnover karyawan.

Ketika karyawan merasakan stres secara konstan, diabaikan, takut membuat kesalahan kecil, atau mengalami intimidasi di tempat kerja, kemungkinan besar, mereka akan kehilangan motivasi dan tidak akan bertahan dengan perusahaan mereka saat ini.

Periksa kembali benefit yang Anda berikan secara teratur

Memeriksa kembali tunjangan dan benefit yang Anda berikan dapat membantu Anda menambahkan lebih banyak opsi untuk karyawan Anda sekaligus memungkinkan Anda untuk menghapus tunjangan yang tidak lagi melayani karyawan Anda.

Anda mungkin dapat menawarkan lebih banyak fleksibilitas dan variasi dalam paket tunjangan Anda sehingga karyawan Anda dapat memilih tunjangan yang memenuhi kebutuhan mereka. Anda dapat menggunakan survei untuk menentukan manfaat apa yang diminati oleh karyawan Anda dan bagaimana manfaat mereka saat ini melayani mereka.

Baca juga: Bagaimana Cara Mengembangkan Keterampilan Berpikir Inovatif?